Melalui Still Alice, Kita Diajarkan untuk...

Kemarin siang aku mengulang kembali menonton film Still Alice yang dibintangi Julianne Moore. Awalnya aku menonton film Still Alice karena film ini bergenre drama keluarga yang masuk dalam kategori sedih. Melihat gambaran kehidupan Dr. Alice Howland di film ini, benar-benar begitu sempurna. Meski Alice bukan berasal dari keluarga kelas atas. Ia hanyalah orang biasa yang terus berjuang dalam hidupnya dan terbiasa untuk menyelesaikan semua urusan termasuk permasalahan dalam hidupnya secara mandiri.

Alice sangat beruntung karena ia mendapatkan support system dari suami dan ketiga anaknya. Walau dua di antaranya tidak begitu akur. Seiring berjalannya waktu, kehidupan Alice yang sempurna ini tiba-tiba runtuh seketika karena suatu penyakit yang merenggut seluruh kerja kerasnya juga kenangan dalam hidupnya. Alzheimer Dini.

Ya, di usianya yang baru saja menginjak 50 tahun ini ia divonis penyakit Alzheimer yang tentunya jarang ditemui di kalangan usianya. Siapa pun yang berada dalam posisi ini pasti akan sangat terkejut dengan perubahan tersebut. Begitu pun Alice. Namun keluarga selalu ada untuknya, tidak pernah lelah untuk terus menyemangati dirinya. Tinggal gimana kita menyikapi suatu hal yang kadang kala berlawanan dengan apa yang kita yakini.

Kurasa, tak ada salahnya untuk menerima sesuatu yang kita anggap sebagai kritikan apabila kritikan itu baik untuk diri kita. Dan melalui Still Alice, menerima ketidaksempurnaan diri bukanlah suatu hal yang buruk. Tetapi justru mengajarkan kita untuk tetap bersyukur dengan apa yang kita miliki serta kita hadapi. Bukan lari apalagi meratapi nasib.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review C-Movie: Lost and Love (2015)

Malas